Selaras dengan kondisi tubuh, fungsi organ seksual tidak selamanya dalam kondisi bugar. Ada kalanya kemampuan ereksi bisa padam. Meski hanya sesekali waktu, seorang pria pasti pernah mengalami disfungsi ereksi atau impotensi.
Namun perlu diwaspadai jika gangguan ini menetap, karena kehidupan seksual pastinya akan terganggu selain harga diri seorang pria pun dipertaruhkan. Maklum saja, kemampuan ereksi erat kaitannya dengan masalah "kejantanan" pria.
Paling tidak, ada tiga tahap penting untuk terjadinya ereksi. Pertama adalah rangsangan seksual, yang bisa berasal dari indra penglihatan, pendengaran, perabaan atau pikiran.
Tahap kedua adalah komunikasi rangsangan seksual dari saraf otak ke saraf penis. Tahap selanjutnya adalah menjadi rileksnya pembuluh darah yang mensuplai penis sehingga membuat darah lebih banyak masuk ke dalam struktur silinder sehingga penis menjadi tegang.
Jika terdapat gangguan pada salah satu atau beberapa tahapan ini, maka impotensi atau disfungsi ereksi akan rawan terjadi.
Beragam penyebab
Penyebab gagalnya ereksi secara garis besar dibagi menjadi dua, yakni faktor fisik dan non fisik. Faktor non fisik atau psikis antara lain trauma masa kecil, stres, dan kecemasan. Apa pun yang membuat seorang lelaki stres dan tidak bisa rileks, dapat membuat vitalitas seksualnya padam.
Sementara itu, kondisi lain yang dapat menyebabkan penis tidak bisa berfungsi adalah komplikasi penyakit. Misalnya gangguan saraf akibat diabetes, kelainan pembuluh darah, obat-obatan tertentu atau gangguan hormonal.
Obat darah tinggi dalam jangka panjang misalnya, juga bisa membuat penis loyo. Oleh karena itu, usahakanlah untuk menurunkan tekanan darah tanpa meminum obat.
Penyakit penyebab penis tidak bisa mengeras bukan hanya diabetes, melainkan juga obesitas atau kegemukan.
Menurut pakar andrologi, Prof. dr. Wimpie Pangkahila, secara umum obesitas akan menyebabkan perubahan pada total jumlah darah dan fungsi dari jantung. Distribusi lemak di sekitar dada dan daerah perut dapat membatasi proses pernapasan dan peredaran darah, yang pada akhirnya akan mengubah fungsi dari respiratori.
Perubahan ini, kata Wimpie, akan menurunkan fungsi dari organ-organ yang berkaitan dengan fungsi seksual yang pada akhirnya menghasilkan gangguan ereksi.
Sementara itu menurut corporate health trainer dr.Phaidon L.Toruan obesitas dapat menurunkan produksi hormon pria atau testosteron dan free testosteron (bentuk aktif dari hormon testosteron). Kondisi ini, menurut Phaidon dapat meningkatkan peluang terjadinya disfungsi ereksi.
"Obesitas meningkatkan berbagai faktor risiko yang berhubungan dengan turunnya testosteron sepertiobstructive sleep apnea (penyumbatan saluran nafas waktu tidur), resisrensi insulin (diabetes), dan penyakit sindroma metabolik. Pernyataan tentang ini dibuat Andret Guay dari Harvard Medical School yang dipublikasikandi Journal Andrology tahun 2009," ujarnya. Solusi untuk mengatasi kelebihan lemak yang memicu obesitas, kata Phaidon, adalah dengan melakukan olahraga secara teratur dan mengatur diet. Penggunaan tambahan hormon, seperti hormon testosteron pada pria adalah salah satu alternatif untuk mempermudah usaha.